Ad Code

Responsive Advertisement

Film Love Phobia

Menyusul artikel saya sebelumnya tentang pentingnya kemampuan bertutur, saya teringat tentang sebuah film korea yang saya lihat beberapa waktu lalu. Film denga kultur Korea yang sebelumnya tidak menarik minat saya untuk menonton film film dari kultur ini. Tapi akhirnya saya menonton film ini secara penuh dari awal sampai akhir. Sebuah film lama dari Korea dengan judul Love Phobia.




Sebenarnya yang menarik dari film ini adalah alur cerita yang menarik untuk terus diikuti sampai akhir. Kemampuan bertutur dari director film ini lah yang membuat saya begitu terkesan dengan film ini selain tema cerita yang menarik tentang cinta juga. Di sela keasikan saya dengan ketertarikan saya kepada FTV yang 5 kali sehari ditayangkan oleh salah satu stasiun TV swasta kita, saya terheran sendiri dengan film ini. Film Love Phobia, bagi saya film biasa dengan set biasa, pengambilan gambar yang biasa, dan dialog yang biasa juga, walaupun memang tidak sembarangan. Hal yang mestinya bisa saya jumpai juga di film film kita sendiri, atau setidaknya FTV yang sekarang gencar shooting dan tayang.
Tapi alur dan kesederhanaan Love Phobia menjadi sesuatu yang jarang dilihat di film, lepas dari kesederhanaan pelaku pelaku film tersebut di dalamnya. Set demi set adegan film drama cinta ini tidak akan memberikan jawaban kepada kita seluruh cerita tentang film ini.

Sebelum saya teruskan mengungkap betapa saya terkesan dengan film ini, akan lebih baik jika saya berikan dulu sebaris dua baris sinopsis film ini.

Sebuah film yang mengisahkan kisah cinta sepasang remaja korea. Sang pemuda (Jo Kang) telah jatuh cinta sejak pandangan pertama dengan seorang gadis aneh (Ari Dong) yang duduk sebangku dengannya di sekolah dasar. Tapi gadis itu selalu berusaha untuk menjauhi orang-orang disekitarnya dengan mengatakan bahwa dia adalah makhluk luar angkasa yang dikirim ke bumi dan membawa kutukan. Siapa saja yang bersentuhan dengannya akan mengalami nasib sial dan kecelakaan. Hal ini membuat orang-orang di sekitarnya takut dan menjauhi gadis itu, kecuali Jo Kang yang selalu menemaninya. Saat beranjak dewasa mereka kembali bertemu dan pemuda itu tetap berusaha untuk menunjukkan perasaannya, dia tahu si gadis juga mencintainya, tapi selalu berusaha menghindar dengan alasan-alasan yang dianggapnya tidak masuk akal. Kisah ini mengalir hingga kemudian tiba-tiba Ari menghilang dari kehidupan Jo Kang. Dengan segala upaya Jo Kang terus mencari, saat hampir putus asa tanpa sengaja mereka kembali dipertemukan, namun semua telah berbeda...
Ingin tau penyebabnya, maka Jo Kang mencari informasi tentang latar belakang Ari, dan mendapat kenyataan yang sangat mengejutkan. Ari, gadis yang dicintainya ternyata tertular AIDS sejak berumur 5 tahun ketika kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sejak tahu itu Ari menghindari bersentuhan dengan orang lain karena takut akan menularkan penyakitnya. Alasan ini pula yang membuatnya menghindari Jo Kang walaupun dia tahu begitu mencintainya...
Menyadari hal ini Jo Kang bertekad untuk membahagiakan Ari di sisa umurnya, termasuk mewujudkan harapan mustahil Ari untuk bertemu makhluk luar angkasa yang mau membawanya untuk mengobati sakitnya...
Sungguh kisah cinta yang begitu menyentuh...

Ceritanya hanya begitu memang. Tapi gaya penceritaan pada film ini saat kita menontonnya sangat menarik. Bagaimana digambarkan Ari yang pertama kali berangkat sekolah dengan jas hujan kuning walaupun cuaca cerah, bagaimana gurunya yang menghukumnya dan menyentuhnya juga bernasib sial jatuh naik sepeda untuk menggambarkan tentang kutukan yang dibawa Ari, dan Jo Kang yang demam karena duduk berdekatan dengannya karena berteduh saat hujan bersama sama.

Saat penonton diberitahu tentang kutukan sebenarnya terhadap Ari pun, diceritakan dengan cara yang artistik dan sangat lembut. Pengambilan adegan adegan kilas balik ketika Jo Kang berusaha tahu siapa sebenarnya Ari. Tentang Ari kecil yang begitu menyesal karena saat bermain main dengan balon balon di mobilnya saat merayakan ulang tahunnya yang akhirnya menutupi pandangan ayahnya dari jalan saat menyetir dan berakibat kecelakaan yang membuat orang tuanya meninggal, yang memberinya pemikiran bahwa dia terkutuk. Dan saat film ini menceritakan tentang penyebab kutukan tersebut pun, penonton tanpa sadar berpikir sendiri dan tanpa sadar mengerti bahwa penyakit AIDS yang didapat Ari adalah kesalahan dokter rumah sakit saat transfusi darah ketika Ari opname karena kecelakaan tersebut. Peceritaan film ini tidak langsung jelas dengan dialognya, tapi kilasan kilasan adegan yang indah dan manis. :-)



Dan pada ending film ini barulah egosentris sebuah romantisme yang dimunculkan. Saat Jo Kang dengan sekuat tenaga membuat tanda tanda di padang rumput seperti tanda tanda kedatangan UFO di film SIGN Mel Gibson, dengan tujuan ada pesawat alien datang dan membawa Ari untuk disembuhkan. Pada saat itu Ari sedang koma karena penyakitnya. Endingnya benar benar ending film cinta yang romantis, walaupun tidak diperjelas, akhirnya Ari sembuh dari penyakitnya ataukah meninggal. Ending yang bagus menurutku, karena tidak memberi kesan perasaan apapun pada penonton saat selesai melihat film ini. Kadang kita kan jenuh dengan ending bahagia, dan selesai menonton film, kadang malah ndak berkesan sama sekali. Dan ending sedih akan kita rasakan jika di ujung film di ceritakan Ari meninggal. Kadang gak enak juga liat film yang endingnya perasaan sedih.. wqeqeqeqe..

Lepas dari semua kekaguman saya pada film ini, ada terselit doa, nanti saya akan melihat film film produk bangsa ini dengan kelas seperti film ini. Dan sebagai pribadi yang tertarik dengan video editing dan broadcasting, saya benar benar belajar dan berdoa, suatu saat nanti keinginan saya diwujudkan.. Amiinn.. :-)

Post a Comment

0 Comments

Close Menu